titik

entah kapan terakhir kali aku menulis sajak tentang kelam
entah kapan terakhir kali aku merasa sepi
yang aku tau aku bahagia, merasa hangat dalam buaian
kupu-kupu berdatangan entah dari mana, ramai sekali dalam hatiku
terlanjur jatuh aku padamu, terlanjur terlalu bergantung
anganku bersamamu yang tiada pernah pudar
awang-awang...
cahaya di dalam remang malam pekat nan dingin
terlanjur sayang aku padamu, terlanjur terlalu merindu
asaku bersamamu yang tiada bisa tertepis
buatku percaya, buatku yakin, buatku sadar
aku cinta padamu

entah sejak kapan seperti ini
masa lalu yang sebenarnya tak pernah ingin kubenci
aku benci diriku sendiri
emosi
derita dalam hati
seharusnya aku bisa tahan tertusuk pisau setajam ini
seharusnya aku bisa kuat menahan beban seberat ini
seharusnya aku bisa tegar diterpa peluru selesat ini
tapi kali ini aku menyerah
sakit ini begitu sangat amat nyata, di sini, di hati yang sebelah sini
salahku, ya, lagi-lagi salahku
seharusnya aku bisa jauh lebih tegar
seharusnya aku bisa bertahan

apa karena kamu?
karena terkadang, kekuatan terhebatmu adalah kelemahan terbesarmu
dia yang paling kau percaya akan menyakitimu dengan luka paling dalam
bukan salahmu, benar
salahku yang terlalu tidak bisa tanpamu, yang selalu takut kehilanganmu
seandainya tidaklah sedalam ini
seandainya tidaklah secinta ini
kini hati itu kian berongga, kian tercelah
biarlah, biarlah untuk kamu

kau tak perlu berubah
sakit ini mungkin memang seharusnya ada di sana
biarlah aku berkorban, tak apa, selama aku masih boleh melihatmu bahagia
selama aku masih boleh menyentuhmu, mengharapkanmu
selama aku masih boleh menyayangmu dan merindumu
biarlah aku mengalah, tak apa
aku tak ingin meredupkan cahayamu, atau meredam suaramu
aku tak ingin menghancurkanmu
tetaplah di sana untukku, genggamlah masa lalu
selama aku masih boleh mencintamu

maafkan aku, sungguh, percayalah,
aku benar-benar minta maaf